BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia yang semakin modern ini
kemampuan untuk menulis mulai diperhatikan oleh masyarakat secara luas. Karena masyarakat
menganggap bahwa dengan menulis kita dapat membuat suatu ilmu bertahan lebih
lama dan membuat kita lebih dikenal di masyarakat akademik. Karena biasanya
masyaraka mengenal kita dari seberapa dalam kita memiliki suatu ilmu dan skill
menulis yang kita miliki, apabila kita bisa menulis dengan rapi dan jelas maka
masyarakat menganggap kita pandai.
Banyak hal jika kita ingin mempelajari
cara menulis mulai dari cerpen, puisi, esai dan karya sastra lainnya. Oleh
karena itu kita harus tekun untuk menguasai suatu disiplin ilmu yang hendak
kita kuasai. Mulai dari latihan dasar menulis seperti memperhatikan tanda baca
dan kaidah penulisan sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) oleh ahli
tata bahasa di Indonesia.
Kali ini penulis akan membahas tentang
kepenulisan dengan tema jurnalistik menitik beratkan pada materi esai
menggunakan metode library Research
(Fakta Keperpustakaan) dan Fields
Research ( Fakta Lapangan) serta
diskusi dari beberapa narasumber. Untuk lebih lanjut mari kita pelajari
pembahasannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembahasan tentang karya
tulis ilmiah
2. Bagaimana menulis essay
3. Bagaimana menyempurnakan
menulis tentang kalimat
4. Bagaimana strategi
menulis cerpen
C. Tujuan
1. Bisa memahami materi karya tulis ilmiah
2. Bisa menulis tentang essay
3. Bisa memahami tentang kalimat
lengkap dan tidak lengkap
4. Mengembalikan citra cerpen di masa modern
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karya
Tulis Ilmiah
Karya tulis pada intinya adalah sebuah
aktivitas yang dilakukan oleh penulis berupa hasil tulis yang berkembang karena
latar belakang ilmu yang dimilikinya sehingga memiliki karakteristiknya
sendiri.
1. Pengertian
Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah merupakan suatu hasil
pengamatan yang dilakukan penulis berdasarkan aturan baku yang telah ditetapkan
dan disepakati. Dalam menulis karya tulis ilmiah perlu memperhatikan
objektivitas yang digunakan karena memperhatikan data asli dan ilmu pengetahuan
tertentu.
Karya tulis
ilmiah juga dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan
hasil penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untum
mendapatkan jawaban secara ilmiah, terdapat permasalahan yang muncul
sebelumnya. ( Totok, Bambang, 2007:12-15)
Karakteristik tulisan karya tulis ilmiah
adalah tulisan bersifat objektif berdasarkan sudut pandang orang tertentu dan
penulisannya menggunakan kaidah-kaidah ilmiah[1]
Penulis
harus bersifat objektif, karena
a. Ketaatan
penulis pada sudut pandang yang digunakan
b. Pengungkapan
permasalahan yang berangkat dari fenomena sebagai data yang dibahas secara
objektif; dan
c. Keharusan
menggunakan konvensi keilmiahan, mulai dari sistematika penulisan, metodologi,
analisis data, sampai penyimpulan
Dengan dasar inilah, karya penulisan
memilki ciri-ciri objektif sestematis, bersudut pandang, menggunakan
metodologi, dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2. Jenis-Jenis
Karya Tulis Ilmiah
a. Makalah
b. Kertas
Kerja
c. Laporan
perjalanan
d. Laporan
Penelitian
e. Skripsi
f. Disertasi
3. Cara
menulis karya tulis ilmiah menurut Suwito[2]
a. Menulis
apa yang sedang dilihat atau dipikirkan
Misal jika sedang
menonton seekor kura-kura ninja di TV
maka anda bisa menuliskan hancur, semua hancur akibat pukulan maut kura-kura
ninja.
b. Rangkai
tulisan yang dipikirkan atau dilihat dengan tema yang ditulis
Tema tadi bisa digabung
dengan penjagaan koruptor diindonesia yang terlalu berlebihan padahal mereka
seharusnya dipukul saja supaya jera
c. Dukung
tulisan anda dengan berbagai referensi
Ini merupakan langkah
penting karena karya tulis ilmiah harus bersifat objektif dan relevan dengan
yang terjadi sebenarnya.
d. Edit
ulang
Setelah tulisan
selesai, kita perlu menyegarkan pikiran kita sejenak dan mulai membaca lagi ketika
sudah kembali segar dan mulai menyunting kata yang kurang menarik dibaca.
B.
Esai
1. Pengertian
esai
Esai adalah karangan
prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang
pribadi penulisnya. Puisi ada yang bersifat formal yaitu penulis menyampaikan
dengan serius apa yang ingin disampaikan menggunakan bahasa yang baku dan
informal yaitu penulis menggunan bahasa yang mengajak pembacanya seolah olah
diajak untuk berdiskusi akan tetapi juga menyampaikan fakta yang ada.
Menurut
kamus besar bahasa indonesia (KBBI), esai merupakan suatu karya sastra tulis
yang termasuk dalam prosa yang membahas suatu kajian (masalah) secara sepintas
berdasarkan sudut pandang penulis.
2. Bagian-Bagian
Esai
a. Judul
Judul
dapat ditulis formal atau nyastra, bisa menggunakan bahasa yang
profokatif dan harus menarik.
Contoh
: Pendidikan yang Memiskinkan dan Membodohkan
b.
Bagian
Pendahuluan
Tujuan
dari pendahuluan adalah mengungkapkan persoalan yaitu tentang apa yang akan
dibahas jadi harus dibuat hati hati, tidak terlalu panjang dan menampilkan apa
yang akan dibahas. Bisa juga dibubuhi dengan teori yang mendasari suatu esai
dan juga menggunakan topik hangat yang sedang dibicarakan seperti pendidikan
dan korupsi.
c.
Bagian Isi
Pada
bagian ini keadaan substansi teori harus disampaikan meskipun tidak spesifik
dan mulai menguraikan teori yang sesuai dengan tema yang diangkat supaya saling
berkaitan
d.
Bagian Penutup
Pada bagian ini dapat disampaikan pokok
pembahasan berupa analisis, pendapat, dan saran
Pemuda,
Kesunyian, dan Arus Politik
Oleh
Andri Satria
Dalam setiap episode
transisi politik, peran muda terutama (para pemuda yang mempunyai pemikiran
kritis) selalu terlibat di dalamnya. Mereka adalah generasi terpelajar. Mereka
berasal dari berbagai kalangan yang memiliki kepekaan sosial dan empati politik
yang tinggi kepada bangsa yang bijak. Secara ideologis mereka berada pada
golongan yang kritis adaptif serta dapat melahirkan ide ide baru yang
dibutuhkan masyarakatnya. Secara kultural mereka adalah produk sistem nilai
yang mengalami proses pembentukan kesadaran dan pematangan identitas dirinya
sebagai aktor penting dalam pembentukan faktor sosial.
Rentetan sejarah yang panjang
tentang pemuda dapat dilihat pada angkatan 08 yang berhasil memupuk bibit naionalisme,
pemuda angkatan
Pasca kekuasaan orde lama,
politik nasional praktis berada dibawah kendali militer, khususnya angkatan
darat. Pemuda 66 yang masuk dalam arena kekuasaan berperan sebagai “penyuplai
ide” sementara mereka yang memilih diluar lingkar berfungsi sebagai pengkritik
negara. Pasca tumbangnya Orde Baru, selain melengserkan Soeharto dari kekuasaan
RI dan membuka katup demokrasi, pemuda melakukan tindakan besar untuk mengawali
demokrasi.
Pemuda
Dan Kesunyian Suara
Hanya
saya belakangan seorang pemuda yang tangguh memikirkan bangsa menjadi sulit
untuk ditemukan. Pemuda seperti tenggelam. Mengutip dari Lembaga Survei
Indonesia (2007) Salah satu kendala dalam menuntaskan agenda reformasi adalah
sulitnya mencari sosok muda tampil mengimbangi peran elit mapan produk
kepemimpinan politik masa kini. Pemuda kehilangan daya kritis.
Terhambatnya
regenerasi pimpinan politik yang mapan seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
Megawati atau Juyuf Kallla diperkirakan masih akan terus berlangsung hingga
2020. Elite bangsa Indonesia pasca reformasi, sepertinya telah mengalami
pergeseran entitas, dari elite berbasis militer—politisi-birokrat ke elite
berlatar aktivis-intelektual-entreprenur
Arena
Politik
Dalam
buku The Rise Of Capital (1986) Richard Robinshon menjelaskan tentang strategi
pengusaha mengendalikan negara melalui arena politik dan membunuh generasi muda
dengan idealismenya. Realistis politik di indonesia saat ini di Indonesia
adalah wajah lain dari watak kekuasaan orde baru yang nepotik, kolutif, dan
koruptif yang ditampilkan secara halus. Pemuda menjadi mati dan seakan tanpa suara.
Bagaiman menjamin proses
trnsisi politik dari generasi tua ke generasi muda tidak kembali terjebak pada
model regenerasi elitis pragmatis, dan fragmentif? Ada beberapa cara, pertama,
kaum pemuda harus berani merombak watak budaya “banalisme” yang menjadikan
kekuasaan dan uang sebagai tujuan. Kedua, memperkuat komitmen penegakan hukum
dan memfungsikan partai politik dan legislatif sebagai arena perjuangan
kepentingan rakyat. Ketiga, mendorong birokrasi yang bersih, profesional dan
berorientasi pada kepentingan rakyat. Keempat, mengefektifkan struktur
kekuasaan supaya terjadi Check and Balance diantara lembaga negara. Kelima,
menumbuhkan etos berbisni dan etika yang benar
Kedepan, kiprah pemuda
berlatar aktivis-intelektual-entrepreneur akan semakin banyak masuk kedalam
kekuasaan. Kekhawatiran atas kiprah mereka amat wajar, mengingat iklim
perselingkuhan “uang dan kekuasaan” yang dilakoni jenis elite
“penguasa-pengusaha” itu kini tengah
mendominasiwacana dan praktik politik mutakhir di indonesia.
Pemuda sejatinya bisa
menjawab tantangan dan kebutuhan zamannya yaitu menuntaskan agenda reformasi
yang terus tertunda. Seperti kata Max Webber, “Pemuda tak boleh menjadi ekor
sejarah, yang gagal menunaikan peran historisnya”
3. Macam
macam tipe esai
a.
Esai
Deskriptif
Esai jenis ini dapat menulis subjek atau objek apa saja yang dapat
menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu,
tempat rekreasi dan sebagainya.
b.
Esai
Tajuk
Esai jenis ini dapat dilihat dalam media massa dan majalah. Esai
ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap media
massa/majalah tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat
c.
Esai
Watak
Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi
dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat watak itu
pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dituangkan.
Penulis tidak menuliskan biografi.
d.
Esai
Pribadi
Esai pribadi hampir sama dengan esai watak. Akan tetapi esai
pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis
akan menyatakan Saya adalah saya.
e.
Esai
Reflektif
Esai reflektif ditulis secara formal. Penulis mengungkapkan dengan
dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan
dengan kehidupan, misalnya politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi.
f.
Esai
Kritik
Dalam esai kritik penulis
memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian,teater,
kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan
seorang seniman pada masa lampau. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca
tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni.
4.
Ciri-ciri
Esai
Untuk mengenali sebuah esai kita dapat mentukan tanda tanda dari
esai itu sendiri, anatara lain yaitu :
a.
Berbentuk
prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa
dan ungkapan figur.
b.
Singkat,
maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
c.
Memiliki
gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang
khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
d.
Mempunyai
nada pribadi atau bersifat individu, yang membedakan esai dengan jenis karya
sastra adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah
pengungkapan penulis sendiri tentang pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan
kepada pembaca.
5.
Kritik
Esai
Esai merupakan buah pemikiran seseorang yang memiliki karakter
khusus dalam penulisan. Oleh karena itu kita juga dapat mempelajari sebuah esai
untuk dijadikan bahan acuan untuk mengembangkan daya imajinasi fakta. Kita juga
bisa mengomentari karya orang lain atau bisa di sebut juga kritik. kritik
sastra adalah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat, dan pertimbangan
yang adil terhadap baik-buruknya kualitas, nilai, kebenaran suatu karya sastra[3]. prinsip dalam menyusun kritik
esai, di antaranya yaitu pokok persoalan yang dibahas harus layak untuk diulas,
pendekatan yang digunakan harus jelas bisa faktual atau imajinatif serta pernyataan
yang diungkapkan harus jelas, jangan samar-samar, harus dapat dipercaya, tidak
disangsikan atau disangkal, dan dapat dibuktikan kebenarannya.
C.
Kalimat
dan Bagian-Bagiannya
1.
Pengertian
kalimat
Kalimat sendiri memiliki arti yaitu satuan bahasa terkecil, dalam
wujud lisan maupun tulis, yang mempunyai dua ciri pokok:
a.
Kalimat
harus lengkap aspek ketatabahasaan atau unsur gramatikalnya, minimal terdiri
atas subyek dan predikat.
b. Kalimat selalu mengungkapkan
pikiran dan informasi secara utuh dan lengkap.
2.
Unsur-unsur
Kalimat lengkap
Dalam pemerian kalimat, perlu dibedakan unsur-unsur kalimat yang
meliputi fungsi kalimat lengkap dan kalimat biasa
a.
Fungsi
kalimat yang meliputi minimal terdiri dari subjek dan predikat
Contoh
: gadis itu cantik, tapi tidak bisa diubah menjadi gadis yang cantik itu.
Karena posisinya menjadi atribut.
b.
Peran
sematis yang meliputi, kegiatan atau tindakan, sasaran, pengalaman, peruntung,
atribut.
c.
Tidak
bisa di dahului kata tugas seperti “kepada” di awal kalimat karena menjadi
sebuah awal dari keterangan dan kata
“sedangkan” di awal kalimat bisa diganti dengan “sementara itu”
3.
Berdasarkan
pada jumlah klausa yang dimilikinya, kalimat dibedakan menjadi dua:
a.
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang proposisinya satu sehingga predikatnya pun satu
Contoh : mereka
bermain di taman
b.
Kalimat
majemuk , selalu bberwujud dua klausa atau lebih yang predikatnya tidak bisa
dijadikan satu
4.
Jenis
Kalimat Majemuk
a.
Kalimat
majemuk koordinatif yaitu jika salah satu hilang frasanya maka masih bisa
berdiri sendiri
Contoh
: Gadis itu cantik dan beberapa pemuda
tampan di samping pohon
b.
Kalimat
majemuk subkoordinatif yaitu jika salah satu frasanya hilang maka semuanya
runtuh
Contoh
: Ibu butuh bantuan memasak di dapur dan ayah membantunya
5.
Kalimat
majemuk setara mempunyai emat jenis:
a. Kalimat majemuk setara gabungan: konjungsi dan dan serta.
mengumpulkannya
besok pagi.
b. Kalimat majemuk setara pilihan: konjungsi atau.
c. Kalimat majemuk setara urutan: konjungsi lalu, lantas, dan
kemudian.
d. Kalimat majemuk setara perlawanan: konjungsi tetapi, melainkan, dan
sedangkan.
Sementara itu, berdasarkan bentuk sintaksisnya kalimat dibagi atas:
a. Kalimat Deklaratif, biasanya
merupakan suatu pernyataan atau gambaran tentang kejadian di suatu tempat
b. Kalimat Introgatif yaitu
sutu kalimat yang ditujukan untuk meminta informasi kepada orang lain
c. Kalimat Imperatif biasanya digunakan untuk meminta bantuan karena
kita tidak bisa melakukannya atau berhalangan
d. Kalimat Ekslamatif, kalimat yang disebut juga dengan kalimat seru
yaitu kalimat yang digunakan untuk menyatakan emosi atau perasaan batin yang
biasanya terjadi secara tiba-tiba, misalnya rasa kagum, gemas, kecewa, cemas,
takut, dan sebagainya. (Abdul Wachid, 2017: 101-124)
D.
Cerpen
1.
Pengertian Cerpen
Cerpen atau cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang
bersifat fiktif atau tidak benar benar terjadi di dalam dunia nyata. Cerpen
biassanya berisi cerita yang pendek, padat dan sekali baca. Menurut Sumardjo dan Saini cerpen adalah cerita fiktif atau tidak
benar-benar terjadi, tetapi bisa saja terjadi kapanpun serta dimanapun yang
mana ceritanya relatif pendek dan singkat[4].
2.
Ciri-Ciri
Cerpen
a.
Jalan
ceritanya lebih pendek dari novel
b.
Jumlah
kata tidak lebih dari 10.000 (10 ribu) kata
c.
Cerpen
berasal dari kehidupan sehari-hari
d.
Tidak
menggambarkan semua kisah para tokohnya,
e.
Pemakaian
kata yang sederhana serta ekonomis dan mudah dikenal pembaca.
f.
Kesan
yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam sehingga pembaca dapat
ikut merasakan kisah dari cerita tersebut.
g.
Biasanya
hanya 1 kejadian saja yang diceritakan.
h.
Memiliki
alur cerita tunggal dan lurus.
i.
Penokohan
pada cerpen sangatlah sederhana, tidak mendalam serta singkat
3.
Struktur
Cerpen
a.
Abstrak
Merupakan ringkasan gambaran inti dari suatu
cerpen
b.
Orientasi
Orientasi
berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan jalan cerita
dari cerpen tersebut.
c.
Komplikasi
Komplikasi berisi
urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada
komplikasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun watak dari berbagai tokoh
cerita pendek tersebut, hal ini karena pada bagian komplikasi kerumitan mulai
bermunculan.
d.
Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur
konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta sudah mulai mendapatkan
penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut.
e.
Resolusi
Pada bagian resolusi,
pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami tokoh.
f.
Koda
Pada bagian koda, terdapat
nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari cerita pendek tersebut oleh
pembacanya.
4.
Unsur
Intrinsik Cerpen
a.
Tema
Tema
merupakan gagasan umum yang akan ditampilkan dalam cerpen
b.
Alur
/ Plot
Alur merupakan arah sudut pandang dari cerpen, antara lain :
perkenalan => muncul konflik atau suatu permasalahan => peningkatan
konflik = > puncak konflik (klimaks) => penurunan konflik =>
selesaian.
c.
Setting,
berkaitan dengan tempat atau latar, waktu, dan suasana dalam cerpen tersebut.
d.
Tokoh,merupakan
pelaku yang terlibat dalam cerita tersebut. Setiap tokoh biasanya mempunyai
karakter tersendiri. Dalam sebuah cerita terdapat tokoh protagonis atau tokoh
baik dan antagonis atau tokoh jahat serta ada juga tokoh figuran yaitu tokoh
pendukung.
e.
Penokohan,
pemberian sifat pada tokoh atau pelaku dalam cerita tersebut.: ada 2 metode
yaitu metode analitik dengan cara memaparkan atau menyebutkan sifat tokoh
secara langsung seperti pemberani da metode dramatik penokohan dengan cara
memaparkannya secara tidak langsungdengan cara : penggambaran fisik (Misalnya
cara berpakaian, postur tubuh, dan sebagainya),
f.
Sudut
Pandang
Adalah cara
pandang pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam cerita. Sudut
pandang ada 4, antara lain:
1)
Sudut
Pandang Orang Pertama Pelaku Utama
Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta tingkah laku yang dialaminya.
Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta tingkah laku yang dialaminya.
2)
Sudut
Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan
Tokoh ”aku” muncul tidak sebagai tokoh utama lagi, melainkan sebagai pelaku tambahan. Tokoh ”aku” hadir dalam jalan cerita hanya untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan kemudian ”dibiarkan” untuk dapat mengisahkan sendiri berbagai pengalaman yang dialaminya. Tokoh dari jalan cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang pada akhirnya akan menjadi tokoh utama, sebab ialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, serta berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya. Dengan demikian tokoh ”aku” cuman tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya sebuah cerita yang ditokohi oleh orang lain. Tokoh ”aku” pada umumnya hanya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
Contoh:
Sekarang aku tinggal di Jakarta, kota metropolitan yang memiliki beribu-ribu kendaraan. Dulu, aku sempat menolak untuk dipindahkan ke ibukota. Tapi, pada kali ini aku sudah tidak kuasa untuk menghindar dari tugas ini. Ternyata, bukan aku saja yang mengalaminya. Teman asramaku yang bernama Andi, juga mengalami hal yang sama. Kami berdua sangatlah akrab dan berjuang bersama-sama dalam menghadapi kerasnya kota Jakarta.
Tokoh ”aku” muncul tidak sebagai tokoh utama lagi, melainkan sebagai pelaku tambahan. Tokoh ”aku” hadir dalam jalan cerita hanya untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan kemudian ”dibiarkan” untuk dapat mengisahkan sendiri berbagai pengalaman yang dialaminya. Tokoh dari jalan cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang pada akhirnya akan menjadi tokoh utama, sebab ialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, serta berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya. Dengan demikian tokoh ”aku” cuman tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya sebuah cerita yang ditokohi oleh orang lain. Tokoh ”aku” pada umumnya hanya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
Contoh:
Sekarang aku tinggal di Jakarta, kota metropolitan yang memiliki beribu-ribu kendaraan. Dulu, aku sempat menolak untuk dipindahkan ke ibukota. Tapi, pada kali ini aku sudah tidak kuasa untuk menghindar dari tugas ini. Ternyata, bukan aku saja yang mengalaminya. Teman asramaku yang bernama Andi, juga mengalami hal yang sama. Kami berdua sangatlah akrab dan berjuang bersama-sama dalam menghadapi kerasnya kota Jakarta.
3)
Sudut
Pandang Orang Ketiga Serbatahu
Kisah cerita dari sudut ”dia”, namun pengarang atau narator dapat menceritakan apa saja hal-hal dan tindakan yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya.
Contoh:
Sudah genap 1 bulan dia menjadi pendatang baru di perumahan ini. Tapi, dia juga belum satu kali pun terlihat keluar rumah cuman untuk sekedar beramah-tamah dengan tetangga yang lain. “Apakah si pemilik rumah itu terlalu sibuk ya?” ungkap salah seorang tetangganya. Pernah 1 kali dia kedatangan tamu yang katanya adalah saudaranya. Memang dia adalah sosok introvert, jadi walaupun saudaranya sendiri yang datang untuk berkunjung, dia tidak menyukainya.
Kisah cerita dari sudut ”dia”, namun pengarang atau narator dapat menceritakan apa saja hal-hal dan tindakan yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya.
Contoh:
Sudah genap 1 bulan dia menjadi pendatang baru di perumahan ini. Tapi, dia juga belum satu kali pun terlihat keluar rumah cuman untuk sekedar beramah-tamah dengan tetangga yang lain. “Apakah si pemilik rumah itu terlalu sibuk ya?” ungkap salah seorang tetangganya. Pernah 1 kali dia kedatangan tamu yang katanya adalah saudaranya. Memang dia adalah sosok introvert, jadi walaupun saudaranya sendiri yang datang untuk berkunjung, dia tidak menyukainya.
4)
Sudut
Pandang Orang Ketiga Pengamat
Dalam sudut pandang ini berbeda dengan orang ketiga serbatahu. Pengarang hanya melukiskan apa yang dilihat, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh tersebut, namun terbatas pada seorang tokoh saja.
Contoh:
Entah apa yang telah terjadi dengannya. Pada saat datang, ia langsung marah. Memang kelihatannya ia mempunyai banyak masalah. Tapim kalau dilihat dari raut mukanya, mungkin tak hanya itu yang sedang ia rasakan. Tapi sepertinya dia juga sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat, serta rambutnya kusut.
Dalam sudut pandang ini berbeda dengan orang ketiga serbatahu. Pengarang hanya melukiskan apa yang dilihat, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh tersebut, namun terbatas pada seorang tokoh saja.
Contoh:
Entah apa yang telah terjadi dengannya. Pada saat datang, ia langsung marah. Memang kelihatannya ia mempunyai banyak masalah. Tapim kalau dilihat dari raut mukanya, mungkin tak hanya itu yang sedang ia rasakan. Tapi sepertinya dia juga sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat, serta rambutnya kusut.
g.
Amanat
Pesan yang
ingin disampaikan atau tujuan dari cerpen itu sendiri.
5.
Unsur
Ekstrinsik Cerpen
a.
Latar
Belakang Masyarakat.
b.
Latar
Belakang Pengarang, meliputi :
1)
Biografi
2)
Kondisi
Psikologis/Perasaan
3)
Aliran
Sastra
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Jurnalistik merupakan karya tulis dalam
bentuk tulisan dapat berupa non fiksi seperti karya tulis ilmiah dan esai.
Disamping itu ada karya tulis fiksi seperti cerpen dan puisi. Esai adalah
karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut
pandang pribadi penulisnya, dengan memperhatikan tanda baca dan kaidah seperti
pendahuluan, isi pokok tujuan esai, pendapat ahli dan simpulan/penutup. Dasamping
itu juga harus memperhatikan dalam setiap penulisan yang ada.
Format karya tulis ilmiah harus memiliki
data yang valid dan dasar yang real seperti yang berada di lapangan berbanding
terbalik dengan cerpen karena merupakan salah satu karya fiksi yang tidak harus
berupa fakta tetapi juga tidak mengindahkan nilai estetika bahasa yang ada.
B.
Saran
Semua karya garus menggunakan kalimat
kalimat yang baik dan benar dalam menulis karya tulis ilmiah, esai, dan cerpen
supaya lebih hidup dan isinya dapat sampai kepada pembaca. Dengan cara
memperhatikan setiap karakteristik yang berlaku dalam suatu karya tulis
tersebut.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Wachid.2017.CREATIVE WRITING : Menulis
Kreatif puisi, Prosa Fiksi, dan Prosa Non-Fiksi. Purbalingga : Penerbit
SKSP (Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban)
Abdul Wachid.2010.Kemahiran BERBAHASA INDONESIA.
Purwokerto : Kalderapress
Naqiyah, dkk.2014.PEDOMAN PENULISAN
SKRIPSI. Purwokerto : penerbit STAIN press.
Read more:
http://gopengertian.blogspot.com/2015/09/pengertian-cerpen-ciri-ciri-struktur-unsur-intrinsik-unsur-ekstrinsik.html#ixzz5CDjuMwcN
Tahun 2018 pukul 06.28
Comments