Skip to main content

Dasar Hukum dan Landasan Dakwah

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Islam merupakan satu-satunya ajaran agama yang hakekatnya adalah untuk keselamatan dan kesejahteraan umat manusia. Hal ini dibuktikan dalam konteks ajarannya yang mengandung nilai-nilai rahmatan lil alamin, artinya ajarannya bersifat universal, tidak hanya dikhususkan kepada umat Islam, sebaliknya dapat meletakkan dasar-dasar dan pola hidup yang tepat untuk dilaksanakan oleh segenap umat manusia.
Berbicara tentang dakwah kita sebagai umat Islam seharusnya memahami apa sebenarnya makna dakwah  itu sendiri. Kegiatan dakwah sering dipahami sebagai upaya yang diberikan untuk memberikan solusi  islam terhadap permasalahan dalam kehidupan, inilah yang membuat aktivitas dakwah boleh dan harus dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai islam.
Begitu sempurnanya agama Islam, yang tentu landasan-landasan hukumnya sudah tertera di dalam Al-Quran dan Hadis. Untuk itu, disini kami akan sedikit menjelaskan apa landasan, tujuan dan materi dakwah.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terkandung dalam makalah ini adalah:
Apa dasar hukum dan landasan dakwah?
Apa tujuan dakwah?
Apa materi dakwah?

Tujuan
Mengetahui dasar hukum dan landasan dakwah
Mengetahui tujuan dakwah
Mengetahui materi dakwah

PEMBAHASAN
Dasar Hukum dan Landasan Dakwah
Ada dua pendapat tentang hukum dakwah ,yaitu
Hukum dakwah adalah fardlu kifayah. Pendapat ini mendasarkan ayat al-quran surat ali imran ayat 104:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Artinya:
“dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.
Ayat ini dipahami menekankan kata “minkum” yang berarti sebagian, sehingga tidak semua atau setiap orang islam memikul tanggung jawab berdakwah. Pendapat ini diperkuat dengan ayat lain, yaitu Q.S At- Taubah ayat 122 :
۞ وَمَا كَانَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya :
“mengapa tidak pergi dari setiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama, agar mereka dapat memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya agar mereka dapat memelihara diri mereka.” (Q.S. at-taubah 122).
Kedua ayat tersebut memberikan pengertian bahwa dakwah berarti menjadi tanggungjawab sebagian orang saja. Dakwah dalam konteks ini adalah sebagaimana digambarkan memberikan peringatan kepada kaum menyangkut penjagaan diri (dari dosa).
Hukum dakwah adalah fardlu ain, yakni berdakwah merupakan kewajiban setiap muslim sesuai kadar kemampuan masing-masing. Pendapat ini didasarkan pada ayat al-quran surat an-nahl 125:
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
Artinya :
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Ayat  ini dipahami memerintahkan kepada nabi dan umatnya untuk mengajak manusia ke jalan tuhan dengan berbagai jalan yang bisa ditempuh. Adapun surat Ali Imran ayat 104, kalimat sebagian di antara kamu (minkum) dimaksudkan semua orang muslim.
Pendapat ini adalah diperkuat oleh hadis nabi saw,sebagai berikut :
“Man ra a minkum munkaran falyughoyyirhu biyadihi,fa in lam yastathi fa bi lisaanihi, fa in lam yasstathi fa bi qalbihi ,wa dzaalika adlafu ai imman.”
Artinya: “barang siapa diantara kamu kamu melihat satu kemungkaran maka kehendak-lah mencegah dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa maka dengan hatinya. Yang demikian itu merupakan iman yang paling lemah.” (HR.Bukhori dan muslim).
Dalam ayat lain ditegaskan ;
وَٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya :
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjaakan) yang maruf , mencengah dari yang munkar , mendirikan shalat , menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.”
Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa dakwah harus dilakukan oleh setiap orang mukmin dan secara kolektif (saling bahu membahu). Umat islam harus melakukan kebaikan secara bahu membahu , saling tolong meolong , dan saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya. Karena, orang munafikpun melakukan kemungkaran juga secara bahu membahu, sebagaimana di tegaskaan dalam alquran sebagai berikut:
ٱلْمُنَٰفِقُونَ وَٱلْمُنَٰفِقَٰتُ بَعْضُهُم مِّنۢ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِٱلْمُنكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ ۚ نَسُواْ ٱللَّهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Artinya:
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. Sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama , mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang yang berbuat yang maruf dan mereka menggenggamkan tangannya (berlaku kikir), mereka telah lupa kepada Allah , maka Allah melupakan mereka. Sesunggguhnya orang-orang  munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (QS.At-taubah 67).”
Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah merupakan salah satu unsur yang penting dalam aktivitas dakwah islam, sebagaimana dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Tanpa adanya tujuan yang pasti dan jelas, suatu aktivitas sulit  berjalan dengan baik. Tujuan dakwah dapat diibaratkan sebagai sebuah mimpi atau cita-cita yang akan dicapai oleh dai. Tujuan itu besar dan kecilnya semangat seorang dai dalam melakukan aktivitas dakwah islam. Secara umum tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar dan diridai Allah agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.
Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi dua:
Menjadikan atau mengajak semua orang untuk beribadah dalam arti menjalankan perintah-perintah Allah dan Rasulnya, dan menjauhi segala yang dilarangnya. Sebagaimana telah disinggung didalam Al-Quran surat adz-zariat 56:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya:
“Tidakah aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi/beribadah kepada-ku.” (QS.Adz-zariat :56).
Menurut Syekh Thahir bin asyur , ayat tersebut merupakan konfirmasi atau penegasan kepada manusia adalah agar mereka tidak menyimpang dari fitrahnya yaitu menggapai kesempurnaan. Mengikuti kesesatan berarti menyimpang .karena dengan mengikuti kesesatan manusia tidak akan dapat menggapai kemaslahatan dan kesempurnaan jiwa.
Menciptakan rahmat atau berkah dalam kehidupaan yang baik didunia, baik untuk kehidupan umat islam sendiri maupun untuk kehidupan seluruh umat manusia, termasuk makhluk-makhluk Allah di alam semesta. Dalam Al quran surat an-anbiya : 107 disebutkan :
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
Artinya: “dan tidaklah kami utus engkau melainkan untuk (menciptakan) rahmat bagi seluruh alam.” (QS.Al-anbiya :107)
Dalam QS.Al-araf 96 disebutkan ;
 وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوْاْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS.Al araf :96)
Pada kedua ayat diatas dipahami bahwa untuk menciptakan rahmat ataupun berkah bagi kehidupan manusia di dunia (dan tentu di akhirat) maka manusia harus beriman dan bertakwa. Untuk dapat menjaga keimanan dan ketakwaan maka dakwah diperlukan, karena menjaga keimanan dan meningkatkan ketakwaan menghadapi banyak godaan dan halangan. Jika tidak dilakukan dakwah untuk saling mengajak dan memberikan peringatan, maka keimanan dan ketakwaan mustahil dapat dilakukan.
Agar manusia mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana harapan paara sahabat nabi setelah melakukan ibadah haji yang disebutkan dalam Al-quran :
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Artinya; “Dan diantara mereka yang berdoa :” ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS.al-Baqarah:201)
Itu semua adalah tujuan-tujuan dakwah jangka panjang dan bersifat umum (ijmal) . Tujuan-tujuan tersebut masih perlu diderivasikan atau dijabarkan dalam bentuk tujuan yang lebih spesifik.
Hafi Anshari membagi tujuan dakwah secara materiil, usaha dakwah bertujuan antara lain:
Menyadarkan manusia tentang arti dan hakikat hidup
Bahwa pada dasarnya manusia hidup didunia tidak untuk kemewahan dunia. Tetapi kehidupan manusia di dunia untuk membekali diri dalam menempuh kehidupan akhirat. Dunia adalah sarana untuk dapat memperoleh kehidupan yang baik di akhirat. Sebagaimana telah dijelaskan dalam surat al qashassh: 77
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
Artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah telah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Kehidupan manusia tidak boleh berhenti pada tujuan duniawi saja, karena memang kehidupaan manusia yang hakiki adalah di akhirat. Membangun kesadaran tentang tujuan akhir dari kehidupan manusia penting untuk di lakukan. Manusia memiliki kecenderungan lupa dan bahkan melupakan kehidupan yang masih jauh dari hadapannya.manusia seringkali terlena dengan kesibukan hidup jangka pendek (dunia). Oleh karenanya, segala urusan yang berkaitan dengan kehidupan akhirat terlupakan. Dalam al-quran surat muhamad:

 إِنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِن تُؤْمِنُواْ وَتَتَّقُواْ يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْـَٔلْكُمْ أَمْوَٰلَكُمْ
Artinya:
“sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan sendagurau,dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan dia tidak akan meminta harta-hartamu.”(QS. Muhamad :36)
Kehidupan manusia di dunia dipenuhi dengan permainan dan sendagurau. Begitu di tegaskan dalam al-quran . Hanya orang yang beriman dan bertakwa saja yang akan mendapatka pahala dari Allah swt aja. Makna beriman dan bertakwa disini dapat dimaknai bahwa orang tersebut tidak larut dalam kehidupan dunia sehingga melupakan dunia akhirat.
Tujuan dakwah adalah memberikan penyadaran kepada umat manusia bahwa kehidupan duniawi begitu menggoda, tetapi jika manusia tergoda pada kehidupan dunia, maka ia tidak akan mmperoleh pahala yang berbentuk kehidupan akhirat. Dakwah bertujuan menyadarkan bahwa kehidupan manusia yang paling penting adalah kehidupan yang hakiki. Kehidupan yang sebenarnya, yakni kehidupan akhirat.
Mengeluarkan manusia dari kegelapan atau kesesatan
Gemerlapnya dunia seringkali menjadikan manusia tersesat. Manusia lupa dengan kehidupannya yang hakiki. Sehingga manusia secara tidak sadar ,bahkan kadang juga secara sadar, masuk dalam kesesatan. Aturan dan norma agama yang baik dan menguntungkan bagi umat manusiapun dipandangnyaa sebagai belenggu. Sehingga aturan dan norma agama di langgarnya dan tidak dihiraukan. Akibatnya, manusia masuk dalam lembah kesesatan.
Dakwah islamiyah bertujuan untuk mengingatkan dan mengentaskan manusia dari lembah kesesatan. Dengan memperdagangkan aturan dan norma agama, diharapakan manusia sadar bahwa jalan hidupanya telah jauh melenceng dari nilai-nilai kemanusiaaanya. Sebagaimana dikemukakan dalam QS. Ibrahim ayat 1:
الٓر ۚ كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَمِيدِ
Artinya:
“alif ,laam raa (ini adalah) kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin tuhan mereka, (yaitu) memuji jalan tuhan yang maha perkasa lagi maha terpuji.
Manusia jika mau mendengarkan dan menjalakan aturan norma agama, tentu akan dapat selamat dari berbagai kesesatan yang merugikan dirinya. Agar manusia tidak tersesat dalam kehidupannya, maka harus kembali pada agama. Oleh karenanya, dakwah dimaksudkan sebagai jalan untuk menghindarkan dan bahkan mengentaskan manusia dari praktik hidup sesat yang tersesat yang merugikan dirinya.
Selain tujuan yang telah tertera di atas, adapun tujuan dakwah yang lain yaitu:
Pada level individu
Pada level ini tujuan dakwah adalah:
Mengubah paradigma berpikir seseorang tentang arti penting dan tujuan hidup yang sesungguhnya. Tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari banyak dipengaruhi oleh paradigma berpikirnya. Jika seorang melakukan tindakan mencaci orang lain, sebenarnya dalam benak orang yang mencaci itu tersimpan pikiran-pikiran yang tidak baik pada orang yang dicacinya. Untuk memperbaiki tindakan tersebut diperlukan adanya perubahan paradigma berpikir agar ia tidak berperilaku mencaci orang lain. Begitu juga, ketika seseorang memandang hidup ini tidak berguna, maka dalam aktivitas kesehariannya tidak akan memiliki tujuan yang jelas. Mereka akan jauh dari tujuan hidup yang digariskan oleh Tuhan. Oleh karena itu. kegiatan dakwah pada level individu ini diharapkan mampu merubah pandangan negatif seseorang tentang hidup menjadi berpandangan positif sesuai dengan ajaran Tuhan.
Menginternalisasikan ajaran Islam dalam kehidupan seorang Muslim sehingga menjadi kekuatan batin yang dapat menggerakkan seseorang dalam melaksanakan ajaran Islam. Ajaran Islam tidak hanya sekadar wacana yang diperdebatkan, melainkan perlu dinternalisasikan dalam diri seorang pemeluk agama. Jika Islam mengajarkan pemeluknya untuk membantu sesama manusia, maka seorang Muslim paling tidak di dalam dirinya muncul sikap simpati dan empati. Sikap itulah yang menjadi cikal bakal untuk melakukan tindakan praxis dalam membantu orang lain.
Wujud dari internalisasi ajaran Islam, seorang Muslim memiliki kemauan untuk mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Selain melakukan ibadah-ibadah yang bersifat ritual, umat Islam juga perlu melakukan ibadah-ibadah sosial sebagai wujud dari keimanan atau keyakinannya kepada Allah Swt. Kemauan dan kesadaran merupakan kunci utama bagi setiap individu Muslim dalam melakukan ajaran Islam. Kemauan dan kesadaran akan muncul manakala ajaran Islam betul-betul dipahami dan diinternalisasikan dalam diri seorang Muslim. Untuk itulah tugas dari seorang da'i adalah bagaimana memberikan pemahaman kepada setiap individu Muslim dalam memahamí ajaran Islam.
Level kelompok dan masyarakat,
Selain tujuan individu di atas, perlu ada penguatan pada tujuan dakwah secara khusus, yaitu:
Meningkatkan persaudaraan dan persatuan di kalangan Muslim dan non-Muslim. Perbedaan di kalangan masyarakat merupakan sunnatullah yang tidak bisa dibantah. Kita bisa melihat perbedaan pada warna kulit, tinggi badan, budaya, sikap, perilaku, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak untuk dipertentangkan, tetapi dijadikan sebagai kekuatan dan saling membantu antarsesama sehingga kelemahan yang ada pada satu orang ditutupi oleh kekuatan pada orang lain. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menjaga persaudaraan di antara umat Islam "orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat" (Qs Al-Hujurat [49): 10) dan menjaga persatuan di antara sesama manusia baik Muslim maupun non-Muslim "manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus Para Nabi sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab ya benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan...QS Al-Baqarah (2):213)
 Peningkatan hubungan yang harmonis dan saling menghargai antaranggota kelompok atau masyarakat. Wujud dari menjaga persatuan adalah lahirnya kehidupan yang harmonis dan saling menghargai di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan manakala setiap individu menyadari sepenuhnya bagaimana dia mengekspresikan kebebasan yang dimilikinya. Setiap individu memiliki kebebasan yang tidak terbatas, hanya saja dalam pemanfaatan kebebasannya tentu akan dibatasi oleh kebebasan orang lain. Kebebasan beragama, berekspresi, berpendapat, memilih, dipilih, dan memiliki harta kekayaan merupakan kebebasan yang dimiliki oleh setiap orang. Tetapi kebebasan-kebebasan tersebut dalam praktiknya perlu memerhatikan kebebasan-kebebasan orang lain. Dalam konteks inilah di masyarakat lahir lembaga dan peraturan bersama yang menjadi hukum dan norma yang berlaku di masyarakat. Sebagai contoh, seseorang boleh saja bernyanyi sekeras-kerasnya, tetapi apakah nyanyian tersebut tidak mengganggu orang lain yang punya kebebasan juga untuk tidak diganggu karena sedang ada acara atau sedang sakit. Kita tidak menggunakan kebebebasan yang ada tanpa memedulikan orang lain. Dalam hal ini, sikap dan perilaku egoisme kita perlu dikesampingkan.
Selain itu, hubungan batin antarsesama manusia dapat menjadi faktor penguat dalam menjalin kehidupan yang harmonis dan saing menghargai. Secara fisik boleh saja setiap individu berbeda, tetapi secara rohanian (batin) pikiran dan perasaan kita dapat bersatu dan berkomitmen untuk hidup harmonis dan saling menghargai.
Penguatan struktur sosial dan kelembagaan yang berbasiskan pada nilai-nilai Islam. Struktur sosial dan kelembagaan terbentuk karena pilihan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan adanya interaksi antara sesama yang melahirkan pola perilaku. Karena itu adanya struktur sosial dan kelembagaan di masyarakat merupakan adan sebuah keniscayaan. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan seks, manusia memerlukan pasangan hidup. Bagaimana mencari pasangan hidup, kriterianya seperti apa, bagaimana melegalkan hubungan mereka, apa yang harus dilakukan setelah terbentuk pasangan, dan bagaimana membangun rumah tangga yang baik merupakan kebutuhan dasar yang harus dicari jawabannya. Untuk itulah, di masyarakat terbentuk norma dan peraturan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Norma dan peraturan itulah yang akhirnya menjadi struktur sosial dan untuk menjalankan fungsi dari struktur sosial tersebut diperlukan danya lembaga perkawinan. Adanya keniscayaan struktur sosial dan elembagaan di masyarakat, maka tugas da'i dan umat Islam adalah bagaimana memberi nilai-nilai Islam terhadap struktur sosial dan kelembagaan yang ada di masyarakat tersebut.
Membangun kepedulian dan tanggung jawab sosial dalam membangun kesejahteraan umat manusia. Dalam ajaran Islam, memperoleh kesejahteraan hidup menjadi hak setiap orang. Islam menganjurkan umatnya menjadi umat yang kuat dalam hal fisik, intelektual, kekayaan dan moralitas. Jika seseorang dilebihkan dalam harta kekayaan, maka dia diperintahkan untuk berbagi kepada orang lain melalui pemberian zakat, infak, sedekah, atau wakaf. Begitu juga seseorang yang dilebihkan oleh Allah memiliki ilmu pengetahuan, maka dia diperintahkan oleh Allah untuk memberikan ilmunya kepada orang lain. Konsep berbagi inilah yang merupakan wujud dari tanggung jawab dan kepedulian sosial dalam membangun kesejahteraan umat manusia. Secara sunnatullah, setiap orang memiliki kelebihan dan ada pada masing-masing individu, maka sudah seharusnya setiap individu dapat mengembangkan konsep berbagi dengan orang lain sehingga kesejahteraan umat manusia dapat tercapai.
Selain itu, kepedulian dan tanggung jawab sosial merupakan keterampilan hidup yang perlu terus-menerus diasah di tengah-tengah kehidupan umat Islam. Hal tersebut perlu dilakukan karena pada konteks kehidupan modern sekarang ini, kecenderungan hidup secara individual dan impersonal mengalami peningkatan, terutama pada masyarakat industri Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja di industri-industri. Kemudian suasana di pekerjaannya pun dipenuhi dengan hubungan yang impersonal. Mereka hanya berhadapan dengan mesin-mesin atau bahan-bahan industri, sementara hubungan sosial dengan sesama pekerja jarang terjadi. Akibatnya, muncul sikap-sikap a-sosial dan retaknya hubungan kekeluargaan antarsesama. Untuk itulah, aktivitas dakwah perlu terus-menerus mendorong dan memo-tivasi masyarakat agar memiliki kepedulian dan tanggung jawab sosial yang tinggi. Umat Islam tidak hanya saleh secara individual saja, melainkarn juga perlu dikembangkan kesalehan secara sosial. Masih banyak agenda umat yang perlu dipecahkan secara bersama, seperti masalah kemiskinan, korupsi, perusakan lingkungan, spiritualitas buruh, dan lain sebagainya.
Tujuan jangka panjang atau khusus
Membina mental dan keimanan para muallaf yang baru masuk islam atau yang masih lemah keimannanya, supaya tidak keluar dari islam. Dinamika pemikiran-pemikiran dan demokratisasi diera global saat ini, mau tidak mau, menuntut umat islam untuk lebih  solid. Perkembangan teknologi yang demikian pesat cenderung dikuasai oleh umat lain, menempatkan umat islam sebagai obyek permaainan pemikiran saja, jika tidak dipagari dengan pembinaan mental, khususnya bagi mereka yang masih relative belum kuat imannya.
Meninggalkan keimanan dan ketakwaan umat islam yang telah cukup kuat imannya. Dakwah tidak hanya diperuntukan bagi mereka yang masih lemah imannya, tetapi juga bagi mereka yang sudah memeluk islam. Dakwah bagi kelompok ini dimaksudkan agar  umat islam bertambah solid dan kokoh imannya. Sebab bagaimanapun keimanan mengalami pasang naik dan pasang surut, sehingga jika tidak terjaga, maka kecenderungan menurun menjadi lebih besar. Jika keimanan mengalami penurunan maka sudah barang tentu akan memengaruhi upaya pencapaian kebahagiaan sebagaimana yang diimpikan dalam tujuan dakwah jangka panjang.
Mendidik dan mengajar anak-anak agar dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan jalan Allah atau dalam kerangka menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Masa anak menjadi penting dalam sistem sosial. Masa kanak-kanak merupakan masa pembentukan generasi, sehingga pendidikan anak tidak bisa dianggap remeh. Dakwah islamiyah tidak dapat melepaskan fase ini. Karena baik dan buruknya generasi depan tergantung pada generasi muda saat ini. Inilah nilai penting pendidikan dan pengajaran anak bagi dakwah islam.
Mengajak pada umat manusia yang belum meyakini pada ajaran islam, agar meyakini dan menjalankan ajaran islam. Terciptanya masyarakat yang sejahtera, tentu tidak dapat dipisahkan dari unsur penerimaan umat manusia secara umum terhadapat ajaran islam. Sistem sosial tidak mungkin dapat berbentuk secara homogeny. Sebagaimana masyarakat Madinah pada saat dakwah nabi periode pasca hijrah, anggota masyarakatnya tidak semuanya muslim. Ada Yahudi, ada Nasrani, ada Majusi, selain umat islam itu sendiri. Sistem sosial di Madinah dapat berjalan dengan karena umat non muslim menerima sistem sosial yang dibangun oleh nabi Muhamad saw, meskipun masyarakat Madinah tidak semuanya muslim, tetapi ketika mereka sepakat untuk menggunakan sistem sosial yang ditawarkan oleh islam (muhamad) maka kehidupan yang rahmatan lil alamin pun terwujud. Apalagi jika semuanya masuk islam, tetapi hal itu tidak mungkin.
Dakwah dengan berpegang pada tujuan tersebut di atas akan mendorong para praktisi dakwah atau para mubaligh untuk bekerja keras mewujudkan kehidupan sosial yang berlandaskan pada nilai-nilai agama yang (sudah pasti) luhur. Dakwah tersebut akan dijalankan secara komprehensif, tidak sepotong-potong, serta tidak artificial.

Materi Dakwah
Materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh subyek dakwah kepada obyek dakwah. Materi dakwah meliputi seluruh ajaran islam yang termuat dalam al-quran dan sunnah rasul, yang pada pokoknya meliputi 3 hal:
Aqidah, yaitu sistem keimanan kepad Allah swt, yang meliputi iman kepada Allah, kepada malaikat, kitab rasul, qaddla dan qadar, serta hari kiamat. Sistem keimanan yang seharusnya menjadi landasan fundamental dalam sikap dan aktivitas serta perilaku sehari-hari seorang muslim. Menurut Ali Aziz, materi aqidah ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Keterbukaan. Ciri ini direpresentasikan dengan keharusan melakukan persaksian (syahadat) bagi yang hendak memeluk islam. Persaksian ini sebagai bentuk penegasan identitas di hadapan orang lain.
Cakrawala pemikiran yang luas. Dalam konsep keimanan diperkenalkan dan harus diyakini bahwa pengakuan ketuhanan adalah kepada tuhan seluruh kelompok manusia dan bahkan makhluk yang ada di alam semesta.
Kejelasan dan kesederhanaan konsep keimanan. Sistem keimanan dalam islam adalah sederhana dan mudah dipahami.
Keterkaitan erat antara iman dan amal, antara keyakinan dan amal sebagai manisfestai dari keimanan seseorang. Sehinggga seseorang tidak dapat diakui keimannanya jika hanya mengucapakan syahadat sementara tidak melakukan perbuatan sebagaimana dituntut dalam sistem keimanan.
Syariah, yaitu serangkaian tuntutan atau ajaran islam menyangkut tentang tata cara ibadah, baik langsung ataupun tidak langsung , meliputi pola hidup sehari-hari khususnya menyangkut hal-hal yang boleh dan tidak boleh, yang dilarang, yang dianjurkan dan diperbolehkan, sebagai seorang muslim. Syariah islam merupakan seperangkat sistem ibadah sebagai manifestasi keimanan seseorang.
Muamalah, yakni seperangkat sistem interaksi dan hubungan antar manusia, baik secara individu maupun kelompok. Umat islam tidak hanya dituntut untuk beribadah secara langsung (mahdlah), tetapi juga dituntut untuk menjalankan nalai dan prinsip-prinsip yag diajarkan agama dalam hal berinteraksi dengan orang lain. Muamalah juga sebagai bentuk ukuran dalam menilai kualitas keagamaan seseorang.
Sebagaimana disebutkan dalam qur;an surat al baqarah: 82

 وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُوْلَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Artinya: Dan orang-orang yang beriman serta beramal shaleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal didalamnya.”
Ayat tersebut menegaskan bahwa orang yang beriman dan beramal shaleh akan mendapatkan imbalan berupa surga. Dalam surat al-ashr disebutkan:
Chapter: 103 (Al-Asr)
Meaning: (The Declining Day, Epoch)

 وَٱلْعَصْرِ
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْاْ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْاْ بِٱلصَّبْرِ
Artinya:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Dalam ayat diatas kembali ditegaskan bahwa iman, amal shalih, dan saling menasehati menjadi amal yang dapat mengantarkan manusia tidak mengalami kerugian. Jika orang meniliki keimanan lalu menjalankan amal shalih dan saling mensehati maka mereka tidak akan merugi.
Akhlaq, yaitu menyangkut tata cara menghias diri dalam melakukan hubungan dengan Allah (ibadah) dan hubungannya dengan sesama manusia serta sesama makhluq. Dalam bahsa arab kata akhlaq dengan jama khuluq dimaknai dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat.
Terminologi akhlaq dapat dikemukakan sebagai berikut:
Akhlaq adalah suatu ilmu yag menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya.
Ibnu Maskawaih dalam kitabnya tanzib al-akhlaq, sebagai mana dikutip oleh Ali Aziz menyatakan bahwa akhlaq diartikan sebagai keadaan jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran.
Al Ghazali mengartikan akhlaq sebagai suatu sifat yang tetap pada seseorang, yang mendorong untuk melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran

SIMPULAN
Dakwah sebagai jiwa bagi penghambaan orang kepada Tuhannya telah melahirkan mujahid-mujahid dakwah yang sangat mengagumkan dalam penyiaran dakwah Islamiyah. Hal ini disebabkan dakwah merupakan kewajiban bagi umat bukan Islam untuk memfungsikan kekhalifahan di muka bumi ini.
Maka secara khusus, bahwa dakwah merupakan aktualisasi fungsi kerisalahan dan sebagai manifestasi rahmatan lil 'alamin, adalah akibat dari agama Islam-nilai humanis teosentris yang universal bagi manusia manusia. Maka setiap individu muslim berkewajiban untuk menyampaikan dakwah Islam kepada orang lain sesuai kemampuan masing-masing. Hal ini yang menyebabkan Islam berkembang dengan pesat ke berbagai wilayah penjuru dunia, karena setiap muslim merasa berkewajiban untuk menyampaikan risalah Islam kepada segenap manusia sebagai rahmatan lil 'alamin.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2008. Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah

Basit, Abdul. 2013. Filsafat Dakwah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Ishaq, Ropingi El. 2016. Pengantar Ilmu Dakwah. Malang: Madani

Naqiyah, dkk. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Purwokerto: STAIN Press.

Comments

Popular posts from this blog

TERJEMAH QAWA'IDUL I'LAL ILMU SHOROF (19 I'lal Lengkap)

19 KAIDAH I'LAL ILMU SHOROF KAIDAH KE 1 إذَا تَحَرَّكَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ بَعْدَ فَتْحَةٍ مُتَّصِلَةٍ فِيْ كَلِمَتَيْهِمَا أُبْدِلَتَا آلِفًا مِثْلُ صَانَ أَصْلُهُ صَوَنَ وَبَاعَ أَصْلُهُ بَيَعَ.  Apabilah ada Wawu atau Yya’ berharkah, jatuh sesudah harkah Fathah dalam satu kalimah, maka Wawu atau Ya’ tsb harus diganti dengan Alif seperti contoh  صَانَ  asalnya  صَوَنَ  , dan  بَاعَ  asalnya  بَيَعَ  . Praktek I’lal : صَانَ asalnya صَوَنَ ikut pada wazan فَعَلَ. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi صَانَ . بَاعَ asalnya بَيَعَ ikut pada wazan فَعَلَ. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi بَاعَ . غَزَا asalnya غَزَوَ ikut pada wazan فَعَلَ. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi غزا. رَمَىْ asalnya رَمَيَ ikut pada wazan...

Komunikasi Masa Model Hub dan Black-Whitney

BAB I PENDAHULUAN A.        Latar Belakang “Komunikasi” sebuah kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita sebab komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mahluk sosial. Lalu apa itu pengertian komunikasi? Komunikasi  adalah "suatu  proses  di mana seseorang atau beberapa orang,  kelompok ,  organisasi , dan masyarakat, menciptakan, dan menggunakan  informasi  agar terhubung dengan  lingkungan  dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara  lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada  bahasa   verbal  yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan  bahasa nonverbal . Oleh karena itu komunikasi tidak dapat dipisahkan dari ...

Penulisan Berita, Struktur Dan Macam Macam Lead

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Berita menjadi informasi yang terbanyak diperoleh bila seseorang membaca media cetak, bahkan ada yang mengatakan bisa mencapai 90 persen, meskipun belum tentu persentasenya seperti itu bila dia memanfaatkan media elektronik. Walau jumlah berita yang dinikmati masyarkat begitu banyak, ternyata tidak mudah memberikan definisi tentang berita, bahkan Dekan Fakultas Jurnalistik dari Missou ri University, Amerika Serikat, Earl English dan Clarence Hach dalam bukunya “Scholastic Journalism” mengatakan, memberikan batasan atau definisi berita sulit karena mencakup banyak fakto dan variabel (Assegaf, 1983). B.    Rumusan Masalah 1.      Bagaimana cara penulisan berita yang baik dan benar? 2.      Apa saja struktur berita? 3.      Apa saja dan bagaimana macam macam Lead dan Headline? C.    Tujuan Penulisan Untuk mengetahui bagaimana cara penulisa...